MAKALAH
PENGANTAR PENGEMBANGAN KURIKULUM
“Pengembangan dan Pembaharuan
Kurikulum”
DISUSUN
OLEH :
Kelompok
1 (Satu)
1.
Dinar Oktaria Prasetiyawati (10. 22. 340)
2. suwandi ( 10 22 438)
Dosen Pembimbing : Yamanto isa,S.Ag.M.Pd
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI
PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BATURAJA
2010/2011
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap
pengajar apakah di SD ,SM maupun di universitas terlibat dalam masalah
kurikulum. Kurikulum yang ditentukan oleh pihak atasan, misalnya oleh depdikbud
masih berupa barang cetakan, jadi boleh dikatakan barang mati, hanya guru yang
dapat memberi hidup kepada pedoman kurikulum yang diterbitkan itu. Karena itu
guru selalu memrupakan tokoh utama untuk mewujudkan kurikulum itu agar terjadi
perubahan kelakuan siswa menurut apa yang diharapkan.
Agar
hal itu terlaksana, guru harus lebih dahulu memahami kurikulum itu agar dapat
menyajikannya dalam bentuk pengalaman yang bermakna bagi siswa. Jadi pada
hakekatnya setiap kurikulum yang formal yang dikeluarkan oleh Pemerintah hanya
dapat direalisasikan berkat usaha guru dan karena itu kurikulum seperti yang
diwujudkan dalam kelas tak dapat tiada selalu mengandung unsur kepribadian
guru.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana
pengembangan dan pembaharuan dalam kurikulum ?
C. Tujuan
Agar dapat mengetahui pembaharuan dan pengembangan pada tiap kurikulum
BAB II
PEMBAHASAN
PENGEMBANGAN DAN
PEMBAHARUAN KURIKULUM
A. TINGKAT PENGEMBANGAN KURIKULUM
Dalam pengembangan kurikulum dikenal
ada lima istilah, yaitu pengembangan kurikulum (Curriculum development),
perbaikan kurikulum (Curriculum improvement), perencanaan kurikulum (Curriculum
planning), penerapan kurikulum (curriculum implementation), dan evaluasi
kurikulum (curriculum evaluation).
Pengembangan
kurikulum dan perbaikan kurikulum merupakan istilah yang mirip tetapi tidak
sama. Pengembangan kurikulum merupakan istilah yang lebih komprehensif, di
dalamnya termasuk perencanaan, penerapan, dan evaluasi dan berimplikasi pada
perubahan dan perbaikan. Sedangkan perbaikan kurikulum sering bersinonim dengan
pengembangan kurikulum, walaupun beberapa kasus perubahan dipandang sebagai
hasil dari pengembangan.
Perencanaan
kurikulum adalah fase pre-eliminer dari pengembangan kurikulum. Pada saat
pekerja kurikulum membuat keputusan dan beraksi untuk menetapkan rencana yang
akan dilaksanakan oleh guru dan siswa. Jadi perencanaan merupakan fase berfikir
atau fase disain.
Penerapan
kurikulum adalah menterjemahkan rencana ke dalam tindakan. Pada saat tahap perencanaan kurikulum,
terjadi pemilihan pola tertentu organisasi kurikulum atau reorganisasi.
Pola-pola tersebut diletakkan dalam tahap penerapan kurikulum. Cara-cara penyempaian pengalaman
belajar, misalnya penggunaan tim pengajaran, diambil dari konteks perencanaan
dan dibuat operasional. Penerapan kurikulum juga mentermahkan rencana menjadi
tindakan dalam kelas, juga aturan pergantian guru dari pekerja kurikulum
menjadi instruktur.
Evaluasi
kurikulum merupakan fase terakhir dalam pengembangan kurikulum di mana hasilnya
diases dan keberhasilan pebelajar dan program ditentukan. Fase ini akan dibahas
lebih rinci pada langkah-langkah pengembangan kurikulum.
Ø Sepuluh Landasan dalam Pengembangan
Kurikulum
Latar belakang pengembangan kurikulum
didasarkan pada sepuluh landasan yang sudah diyakini kebenarannya dan menjadi
argumentasi dan kesimpulan. Landasan-landasan tersebut adalah :
1. Perubahan itu
tak terelakkan dan penting karena melalui perubahan bentuk kehidupan tumbuh dan
berkembang.
2. Kurikulum itu
sebagai produk dari masyarakat
3. Perubahan yang
terjadi secara bersamaan dan ada perubahan setelah ada kurikulum baru.
4. Perubahan
kurikulum terjadi karena ada perubahan dalam masyaakat.
5. Perubahan
kurikulum merupakan kerja sama semua kelompok.
6. Perubahan
kurikulum merupakan proses pengambilan keputusan.
7. Perubahan
kurikulum bersifat berkelanjutan dan tiad akhir.
8. Perubahan
kurikulum merupakan proses yang komperehensif
9. Pengembangan
kurikulum dilaksanakan secara sistematis.
10. Pengembangan
kurikulum beranjak dari kurikulum yang sudah ada/kurikulum yang sudah ada.
Ø Pendekatan Pengembangan Kurikulum
Ada
dua pendekatan dalam pengembangan kurikulum yaitu berbasis pada kabupaten/kota
dan berbasis pada Sekolah. Pada masing-masing pedekatan mempunyai beberapa
kelebihan dan kelemahan. Kelebihan-kelebihan pada pendekatan yang berbasis pada
kabupaten/kota adalah kesamaan antar sekolah dimungkinkan sehingga memudahkan koordinasi,
memudahkan pengawasan dan pembinaan yang dilakukan oleh pengawas selaku Pembina
Sekolah. Sedangkan kelemahan-kelamahan pada pendekatan pengembangan kurikulum berbasis
kabupaten/kota adalah tidak menutup kemungkinan belum secara tepat menyentuh
perbedaan karakteristik antar Sekolah, juga sangat dimungkinkan tidak memuaskan
pelanggan. Pendekatan berbasis pada Sekolah dalam pengembangan kurikulum
memiliki kelebihan-kelebihan di antaranya kurikulum disusun sesuai
karakteristik Sekolah, dan lebih banyak memberdayakan di level Sekolah.
Sedangkan kelemahan-kelemahan pada pendekatan tersebut adalah mempersulit
pengawasan dan pembinaan oleh pengawas karena keragamannya, mempersulit mutasi
siswa karena perbedaan kurikulum antar Sekolah.
Ø Landasan Pengembangan Kurikulum
Terdapat tiga Landasan dalam
pengembangan kurikulum, yaitu landasan filosofi, landasan psikologi, dan
landasan sosiologi. Masing-masing landasan sangat berperan dalam langkah
pengembangan kurikulum.
a. Landasan Filosofi
Filsafat
pada dasarnya adalah suatu pandangan hidup yang ada pada setiap orang. Dengan
kata lain bahwa setiap orang mempunyai filsafat dalam arti pandangan hidup pada
dirinya. Berkenaan dengan pendidikan, setiap orang mempunyai pandangan tertentu
mengenai pendidikan. Berdasarkan pandangan hidup manusia itulah tujuan
kurikulum dirumuskan.
b. Landasan Psikologi
Terdapat
dua landasan psikologi yang digunakan dalam pengembangan kurikulum, yaitu
psikologi belajar (psychology of learning) dan psikologi perkembangan.
Psikologi belajar digunakan sebagai landasan dalam men-screen tujuan
pembelajaran umum/standar kompetensi/SK (tentative general objective) yang
sudah dirumuskan untuk merumuskan precise education (kompetensi dasar/KD), dan
menyeleksi pengalaman-pengalaman belajar yang akan dirumuskan dalam kurikulum.
Sedangkan psikologi perkembangan lebih berperan dalam pengorganisasian
pengalaman-pengalaman belajar, yaitu pada tingkat pendidikan mana atau pada
kelas berapa suatu pengalaman belajar tertentu harus diberikan karena harus
sesuai dengan perkembangan jiwa anak. Pada
dasarnya dua landasan
psikologi tersebut sangat diperlukan dalam pengebangan kurikulum yaitu pada
langkah merumuskan tujuan
pembelajaran, menyeleksi serta mengorganisasi pengalaman belajar.
c. Landasan
Sosiologi
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari
hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok dan struktur sosialnya. Jadi
sosiologi mempelajari bagaimana manusia itu berhubungan satu dengan yang lain
dalam kelompoknya dan bagaimana susunan unit-unit masyarakat atau sosial di
suatu wilayah serta kaitannya satu dengan yang lain. Dengan kata lain sosiologi berkaitan
dengan aspek sosial atau masyarakat.
Sosiolologi
mempunyai empat perenan yang sangat penting dalam pengembangan kurikulum. Empat
peranan sosiologi tersebut adalah berperan dalam proses penyesuaian nilai-nilai
dalam masyarakat, berperan dalam penyesuaian dengan kebutuhan masyarakat,
berperan dalam penyediaan proses sosial, dan berperan dalam memahami keunikan
individu, masyarakat dan daerah.
Dalam merumuskan tujuan kurikulum
harus memahami tiga sumber kurikulum yaitu siswa (student), masyarakat
(society), dan konten (content). Sumber siswa lebih menekankan pada
kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan siswa pada tingkat pendidikan tertentu yang
sesuai dengan perkembangan jiwa atau usianya. Sumber masyarakat lebih melihat
kepada kebutuhan-kebutuhan masyarakat dan nilai-nilai yang ada dalam
masyarakat, sedangkan sumber konten adalah berhubungan dengan konten kurikulum
yang akan dikembangkan pada tingkat pendidikan yang sesuai. Dengan kata lain
landasan sosiologi digunakan dalam pengembangan kurikulum dalam merumuskan
tujuan pembelajaran dengan memperhatikan sumber masyarakat (society source)
agar kurikulum yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan tidak
bertentangan dengan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.
Ø Langkah-Langkah Pengembangan Kurikulum
Pegembangan kurikulum meliputi tiga langkah,
yaitu merumuskan tujuan pembelajaran (instructional objective), menyeleksi
pengalaman-pengalaman belajar ( selection of learning experiences),
mengorganisasi pengalaman-pegalaman belajar
(organization of learning experiences), dan mengevaluasi (evaluating).
a. Merumuskan
Tujuan Pembelajaran (instructional objective)
Terdapat tiga tahap dalam merumuskan
tujuan pembelajaran. Tahap yang
pertama yang harus diperhatikan dalam merumuskan tujuan adalah memahami tiga sumber, yaitu siswa
(source of student), masyarakat (source of society), dan konten (source of
content). Tahap kedua adalah merumuskan tentative general objective atau
standar kompetensi (SK) dengan memperhatikan landasan sosiologi
(sociology), kemudian
di-screen melalui dua landasan lain dalam pengembangan kurikulum yaitu landasan
filsofi pendidikan (philosophy
of learning) dan psikologi belajar (psychology
of learning), dan tahap terakhir adalah merumuskan
precise education atau kompetensi dasar (KD).
b. Merumuskan
dan Menyeleksi Pengalaman - Pengalaman Belajar ( selection of learning
experiences)
Dalam
merumuskan dan menyeleksi pengalaman-pengalaman belajar dalam pengembangan
kurikulum harus memahami definisi pengalaman belajar dan landasan psikologi
belajar (psychology of learning). Pengalaman belajar merupakan bentuk interaksi
yang dialami atau dilakukan oleh siswa yang dirancang oleh guru untuk
memperoleh pengetahuan dan ketrampilan. Pengalaman belajar yang harus dialami
siswa sebagai learning
activity menggambarkan
interaksi siswa dengan objek belajar. Belajar
berlangsung melalui perilaku aktif siswa; apa yang ia kerjakan adalah apa yang
ia pelajari, bukan apa yang dilakukan oleh guru. Dalam merancang dan menyeleksi
pengalaman-pengalaman belajar juga memperhatikan psikologi belajar.
Ada lima prinsip
umum dalam pemilihan pengalaman belajar. Kelima prinsip tersebut adalahpertama, pengalaman belajar yang diberikan
ditentukan oleh tujuan yang
akan dicapai, kedua,
pengalaman belajar harus cukup sehingga
siswa memperoleh kepuasan dari pengadaan berbagai macam perilaku yang
diimplakasikan oleh sasaran hasil, ketiga,
reaksi yang diinginkan dalam pengalaman belajar memungkinkan bagi siswa untuk
mengalaminya (terlibat), keempat,
pengalaman belajar yang berbeda dapat digunakan untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang sama, dan kelima, pengalaman belajar yang sama
akan memberikan berbagai macam keluaran (outcomes).
c. Mengorganisasi
Pengalaman Pengalaman Belajar (organization of learning experiences)
Pengorganisasi
atau disain kurikulum diperlukan untuk memudahkan anak didik untuk belajar.
Dalam pengorganisasian kurikulum tidak lepas dari beberapa hal penting yang
mendukung, yakni: tentang teori, konsep, pandangan tentang pendidikan,
perkembangan anak didik, dan kebutuhan masyarakat. Pengorganisasian kurikulum
bertalian erat dengan tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Oleh karena itu
kurikulum menentukan apa yang akan dipelajari, kapan waktu yang tepat untuk
mempelajari, keseimbangan bahan pelajaran, dan keseimbangan antara aspek-aspek
pendidikan yang akan disampaikan.
B.KONSEP DASAR PEMBAHARUAN
KURIKULUM
Sejak
Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya tanggal 17 Agustus 1945, telah
beberapa kali dilakukan pembaharuan kurikulum pendidikan dasar dan
menengah. Setidak-tidaknya, menurut Jasin (1987) telah diadakan empat kali
pembaharuan kurikulum.
menengah. Setidak-tidaknya, menurut Jasin (1987) telah diadakan empat kali
pembaharuan kurikulum.
Pembaharuan
pertama dilakukan dengan dikeluarkannya Rencana Pelajaran 1947
yang menggantikan seluruh sistem pendidikan kolonial Belanda. Semangat proklamasi
kemerdekaan dan revolusi nasional memberikan pengaruh besar dalam pembaharuan
pendidikan setelah masa kolonial berakhir. Dalam konteks sejarah kurikulum
umum, Rencana Pelajaran 1947 berada dalam zamannya "developmental
conformism" (1941-1956). Zaman tersebut menekankan pendidikan kepada
pembentukan karakter manusia.
Pembaharuan
kedua terjadi dengan dikeluarkannya Rencana Pendidikan 1964. Pemikiran
dan usaha pembaharuan yang mendorong lahirnya rencana tersebut antara lain
adalah tentang perlunya Indonesia mengejar ketinggalannya di bidang ilmu
pengetahuan khususnya di bidang ilmu-ilmu alam (science) dan matematika. Pemikiran
dan usaha tersebut didasari oleh gagasan Bruner (1960). Ia salah seorang tokoh
"scholarly structuralism" (1957-1967) dan reformis pendidikan yang
mengawali usaha perbaikan program pelajaran science dan matematika dalam kurikulum
pendidikan dasar dan menengah di Amerika Serikat.
Pembaharuan
ketiga terjadi dengan dikeluarkannya Kurikulum 1968. Pergantian
kurikulum tersebut ditandai oleh keadaan politik, yaitu alih orde dari Orde
Lama menjadi Orde Baru pada tahun 1966. Keadaan politik pada waktu itu menuntut
adanya perubahan radikal pemerintahan Orde Lama dalam segala aspek kehidupan termasuk
pendidikan.
Pembaharuan
keempat terjadi dengan diterbitkannya Kurikulum
1975/1976/1977. Lahirnya kurikulum tersebut ditandai dengan usaha-usaha yang
sistematis dalam penyusunannya. Bahan-bahan masukan yang bersifat empiris
telah dijadikan dasar dalam penyusunan kurikulum tersebut.
Berkenaan dengan hal di atas Jasin (1987) mengemukakan bahwa bahan-bahan
empiris tersebut adalah :
1975/1976/1977. Lahirnya kurikulum tersebut ditandai dengan usaha-usaha yang
sistematis dalam penyusunannya. Bahan-bahan masukan yang bersifat empiris
telah dijadikan dasar dalam penyusunan kurikulum tersebut.
Berkenaan dengan hal di atas Jasin (1987) mengemukakan bahwa bahan-bahan
empiris tersebut adalah :
a. Laporan Proyek Penilaian Nasional Pendidikan
(PPNP) tentang hasil
penelitian (survey) yang mengungkapkan beberapa masalah pendidikan dam
saran-saran alternatif pemecahannya. (Laporan Badan Pengembangan
Pendidikan, 1971).
penelitian (survey) yang mengungkapkan beberapa masalah pendidikan dam
saran-saran alternatif pemecahannya. (Laporan Badan Pengembangan
Pendidikan, 1971).
b. Uji coba kurikulum melalui Sekolah
Laboratorium IKIP Malang selama Pelita
I/1969-1974 dan hasil suatu team dari badan Pengembangan Pendidikan yang
bertugas menganalisa kurikulum yang berlaku.
I/1969-1974 dan hasil suatu team dari badan Pengembangan Pendidikan yang
bertugas menganalisa kurikulum yang berlaku.
c. Seminar identifikasi problema pendidikan pada
tahun 1969 yang membahas
segala segi dan permasalahan pendidikan seperti tujuan pendidikan, relevansi
kurikulum dengan kepentingan anak, metodik, persyaratan guru dan usahausaha untuk memenuhi persyaratan itu, demokratisasi kurikulum dan evaluasi. (Setiadi, 1969). Sejak diberlakukannya Kurikulum 1975, berbagai usaha inovatif telah banyak dilakukan dalam rangka menunjang pelaksanaan dan mencari alternatif lain yang dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum tersebut, antara lain meneruskan uji coba kurikulum melalui Sekolah Labolatorium di sepuluh IKIP Negeri, uji coba
belajar tuntas (mastery learning), penggunaan modul dan sekolah-sekolah terbuka.
segala segi dan permasalahan pendidikan seperti tujuan pendidikan, relevansi
kurikulum dengan kepentingan anak, metodik, persyaratan guru dan usahausaha untuk memenuhi persyaratan itu, demokratisasi kurikulum dan evaluasi. (Setiadi, 1969). Sejak diberlakukannya Kurikulum 1975, berbagai usaha inovatif telah banyak dilakukan dalam rangka menunjang pelaksanaan dan mencari alternatif lain yang dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum tersebut, antara lain meneruskan uji coba kurikulum melalui Sekolah Labolatorium di sepuluh IKIP Negeri, uji coba
belajar tuntas (mastery learning), penggunaan modul dan sekolah-sekolah terbuka.
Pembaharuan
kelima terjadi dengan diterbitkannya Kurikulum Sekolah
Menengah Atas 1984, Kurikulum Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama
1975 Yang Disempurnakan, dan Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan yang
disesuaikan dengan kebutuhan kerja dan industri.
Menengah Atas 1984, Kurikulum Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama
1975 Yang Disempurnakan, dan Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan yang
disesuaikan dengan kebutuhan kerja dan industri.
Pembaharuan
keenam terjadi dengan diterbitkannya Kurikulum Pendidikan Dasar dan Menengah
1994 yang disesuaikan dengan tuntutan dari Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989
tentang Sistem Pendidikan Nasional beserta peraturan-peraturan pelaksanaannya
Pembaharuan
ketujuh terjadi pada saat Bangsa Indonesia sedang dilanda krisis multidimensi,
yaitu dengan dikembangkannya Kurikulum Pendidikan Dasar dan Menengah 2004 yang
dikenal sebagai Kurikulum Berbasis Kompetensi. Kurikulum ini disesuaikan dengan
tuntutan dari Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional beserta peraturan-peraturan pelaksanaannya.
Pembaharuan
kedelapan terjadi setelah terbentuknya Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP) pada tahun 2004. Pengembangan kurikulum dilakukan oleh sekolah dengan
berpatokan pada Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan yang ditetapkan oleh
BSNP. Kurikulum ini selanjutnya dikenal sebagai Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP).
C.LATAR BELAKANG PEMBAHARUAN
KURIKULUM
memiliki kendala teknis.
Sehingga sekolah sebagai penyelenggara proses pendidikan formal sedikit banyaknya
pada tahap awal ini membutuhkan energi yang besar hanya untuk mengetahui dan
memahami isi dan tujuan kurikulum baru. Dalam teknis pelaksanaannya pun sedikit
terkendala disebabkan perlu Perubahan kurikulum dari waktu ke waktu bukan tanpa
alasan dan landasan yang jelas, sebab perubahan ini disemangati oleh keinginan
untuk terus memperbaiki, mengembangkan, dan meningkatkan kualitas sistem
pendidikan nasional. Persekolahan
sebagai ujung tombak dalam implementasi kurikulum dituntut untuk memahami dan
mengaplikasikannya secara optimal dan penuh kesungguhan, sebab mutu
penyelenggaraan proses pendidikan salah satunya dilihat dari hal tersebut.
Namun di lapangan, perubahan kurikulum seringkali menimbulkan persoalan baru,
sehingga pada tahap awal implementasinya adaptasi terhadap perubahan atas
kurikulum terdahulu yang sudah biasa diterapkannya. Di dalam kurikulum termuat
tujuan umum dan tujuan khusus yang diharapkan dicapai oleh anak didik. Tujuan
umum dari masing-masing jenjang pendidikan formal sama, sedangkan tujuan
khususnya tergantung dari masing-masing jenjang.
Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 berorientasi kepada tujuan instruksional, didasari oleh pandangan bahwa pemberian pengalaman belajar kepada siswa dalam waktu belajar yang sangat terbatas di sekolah harus benar-benar fungsional dan efektif. Oleh karena itu, sebelum memilih atau menentukan bahan ajar, yang pertama harus dirumuskan adalah tujuan apa yang harus dicapai siswa.
Pada dasarnya Kurikulum 1984 tidak jauh berbeda dengan Kurikulum 1975. Kurikulum 1984 disajikan kepada siswa SD hingga Sekolah Menengah Umum Tingkat Atas (SMTA) lebih berkaitan satu sama lainnya 2 (Depdikbud, 1987). Dengan demikian diharapkan agar kesenjangan ataupun tumpang tindih antara matematika SD dan Sekolah Menengah (SM) dapat teratasi. Selain itu, materi yang dirasakan sangat padat pada Kurikulum 1975 dikurangi. Pengurangan dilakukan terutama dalam pengulangan yang dirasakan tidak perlu, konsep-konsep yang tidak mendasar, penyesuaian topik dengan perkembangan kemampuan siswa.
Pendekatan pengajarannya berpusat pada anak didik melalui Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). CBSA adalah pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat secara fisik, mental, intelektual, dan emosional dengan harapan siswa memperoleh pengalaman belajar secara maksimal, baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor.
Materi pelajaran dikemas dengan menggunakan pendekatan spiral. Spiral adalah pendekatan yang digunakan dalam pengemasan bahan ajar berdasarkan kedalaman dan keluasan materi pelajaran. Semakin tinggi kelas dan jenjang sekolah, semakin dalam dan luas materi pelajaran yang diberikan.
Karakteristik Kurikulum 1984
A. Kurikulum ini menekankan pada efisiensi dan efektivitas penggunaan dana,potensi, dan waktu yang tersedia. Jam sekolah dimanfaatkan sepenuhnya dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan kurikuler yang tidak mungkin dilakukan di luar jam sekolah.
B. Khusus untuk mata pelajaran matematika di SD, materi matematikanya difokuskankepada peningkatan keterampilan melakukan operasi hitung secara mencongak.
C. Untuk Sekolah Menengah Atas (SMA), pada Kurikulum 1984 ini terdapat perubahan dalam penjurusan yang sebelumnya dikenal dengan jurusan IPA dan IPS, pada kurikulum ini jurusan tersebut dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu kelompok A1 (bidang ilmu fisik),A2 (bidang ilmu biologi) dan A3 (bidang ilmu sosial), serta kelompok B (bidang keterampilan jasa).Pengelompokan jurusan tersebut merupakan gagasan menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada saat itu,yaitu Nugroho Notosusanto.
Kurikulum 1994
Pada kurikulum sebelumnya, yaitu kurikulum 1984, proses pembelajaran menekankan pada pola pengajaran yang berorientasi pada teori belajar mengajar dengan kurang memperhatikan muatan (isi) pelajaran.
Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang no. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari sistem semester ke sistem caturwulan. Dengan sistem caturwulan yang pembagiannya dalam satu tahun menjadi tiga tahap diharapkan dapat memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima materi pelajaran cukup banyak. Terdapat ciri-ciri yang menonjol dari pemberlakuan kurikulum 1994, di antaranya sebagai berikut. Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem caturwulan Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat (berorientasi kepada materi pelajaran/isi).
Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem kurikulum untuk semua siswa di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat kurikulum inti sehingga daerah yang khusus dapat mengembangkan pengajaran sendiri disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar. Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial. Dalam mengaktifkan siswa guru dapat memberikan bentuk soal yang mengarah kepada jawaban konvergen, divergen (terbuka, dimungkinkan lebih dari satu jawaban), dan penyelidikan. Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan kekhasan konsep/pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa, sehingga diharapkan akan terdapat keserasian antara pengajaran yang menekankan pada pemahaman konsep dan pengajaran yang menekankan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.
Antara kurikulum 1984 dan 1994
- jam pelajaran pada kurikulum 1994 lebih banyak dari pada kurikulum1984
- sosiologi pada kurikulum 1984 hanya diajarkan kepada kelas 3, kurikulum 1994 diajarkan pada kelas 2 dan 3
Antara Kurikulum 1984 dengan 1994
- Materi pada kurikulum 1984 lebih padat daripada materi kurikulum 1994
- Mata pelajaran Sosiologi dan Antropologi dipisah
- Pada kurikulum 1994 dilakukan peleburan materi yang sebelumnya pada kurikulum 1984 dipisah
Antara Kurikulum 1984 dan 1994
- Pada Kurikulum 1984 Sosiologi dan Antropologi digabung, Kurikulum 1994 dipisah
- Pada Kurikulum 1984 Sosiologi hanya di ajarkan kepada siswa kelas 3, sedangkan pada Kurikulum 1994 sosiologi diajarkan kepada siswa kelas 2 dan 3
- Materi pelajaran pada Kurikulum 1994 lebih simple dari pada Kurikulum 1984, karena pada Kurikulum 1994 keseluruhan materi Sosiologi dipisah pemberiannya kepada siswa. Yaitu diberikan kepada siswa kelas 2 dan 3.
- Jam pelajaran Sosiologi pada Kurikulum 1994 lebih banya
Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 berorientasi kepada tujuan instruksional, didasari oleh pandangan bahwa pemberian pengalaman belajar kepada siswa dalam waktu belajar yang sangat terbatas di sekolah harus benar-benar fungsional dan efektif. Oleh karena itu, sebelum memilih atau menentukan bahan ajar, yang pertama harus dirumuskan adalah tujuan apa yang harus dicapai siswa.
Pada dasarnya Kurikulum 1984 tidak jauh berbeda dengan Kurikulum 1975. Kurikulum 1984 disajikan kepada siswa SD hingga Sekolah Menengah Umum Tingkat Atas (SMTA) lebih berkaitan satu sama lainnya 2 (Depdikbud, 1987). Dengan demikian diharapkan agar kesenjangan ataupun tumpang tindih antara matematika SD dan Sekolah Menengah (SM) dapat teratasi. Selain itu, materi yang dirasakan sangat padat pada Kurikulum 1975 dikurangi. Pengurangan dilakukan terutama dalam pengulangan yang dirasakan tidak perlu, konsep-konsep yang tidak mendasar, penyesuaian topik dengan perkembangan kemampuan siswa.
Pendekatan pengajarannya berpusat pada anak didik melalui Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). CBSA adalah pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat secara fisik, mental, intelektual, dan emosional dengan harapan siswa memperoleh pengalaman belajar secara maksimal, baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor.
Materi pelajaran dikemas dengan menggunakan pendekatan spiral. Spiral adalah pendekatan yang digunakan dalam pengemasan bahan ajar berdasarkan kedalaman dan keluasan materi pelajaran. Semakin tinggi kelas dan jenjang sekolah, semakin dalam dan luas materi pelajaran yang diberikan.
Karakteristik Kurikulum 1984
A. Kurikulum ini menekankan pada efisiensi dan efektivitas penggunaan dana,potensi, dan waktu yang tersedia. Jam sekolah dimanfaatkan sepenuhnya dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan kurikuler yang tidak mungkin dilakukan di luar jam sekolah.
B. Khusus untuk mata pelajaran matematika di SD, materi matematikanya difokuskankepada peningkatan keterampilan melakukan operasi hitung secara mencongak.
C. Untuk Sekolah Menengah Atas (SMA), pada Kurikulum 1984 ini terdapat perubahan dalam penjurusan yang sebelumnya dikenal dengan jurusan IPA dan IPS, pada kurikulum ini jurusan tersebut dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu kelompok A1 (bidang ilmu fisik),A2 (bidang ilmu biologi) dan A3 (bidang ilmu sosial), serta kelompok B (bidang keterampilan jasa).Pengelompokan jurusan tersebut merupakan gagasan menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada saat itu,yaitu Nugroho Notosusanto.
Kurikulum 1994
Pada kurikulum sebelumnya, yaitu kurikulum 1984, proses pembelajaran menekankan pada pola pengajaran yang berorientasi pada teori belajar mengajar dengan kurang memperhatikan muatan (isi) pelajaran.
Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang no. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari sistem semester ke sistem caturwulan. Dengan sistem caturwulan yang pembagiannya dalam satu tahun menjadi tiga tahap diharapkan dapat memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima materi pelajaran cukup banyak. Terdapat ciri-ciri yang menonjol dari pemberlakuan kurikulum 1994, di antaranya sebagai berikut. Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem caturwulan Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat (berorientasi kepada materi pelajaran/isi).
Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem kurikulum untuk semua siswa di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat kurikulum inti sehingga daerah yang khusus dapat mengembangkan pengajaran sendiri disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar. Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial. Dalam mengaktifkan siswa guru dapat memberikan bentuk soal yang mengarah kepada jawaban konvergen, divergen (terbuka, dimungkinkan lebih dari satu jawaban), dan penyelidikan. Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan kekhasan konsep/pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa, sehingga diharapkan akan terdapat keserasian antara pengajaran yang menekankan pada pemahaman konsep dan pengajaran yang menekankan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.
Antara kurikulum 1984 dan 1994
- jam pelajaran pada kurikulum 1994 lebih banyak dari pada kurikulum1984
- sosiologi pada kurikulum 1984 hanya diajarkan kepada kelas 3, kurikulum 1994 diajarkan pada kelas 2 dan 3
Antara Kurikulum 1984 dengan 1994
- Materi pada kurikulum 1984 lebih padat daripada materi kurikulum 1994
- Mata pelajaran Sosiologi dan Antropologi dipisah
- Pada kurikulum 1994 dilakukan peleburan materi yang sebelumnya pada kurikulum 1984 dipisah
Antara Kurikulum 1984 dan 1994
- Pada Kurikulum 1984 Sosiologi dan Antropologi digabung, Kurikulum 1994 dipisah
- Pada Kurikulum 1984 Sosiologi hanya di ajarkan kepada siswa kelas 3, sedangkan pada Kurikulum 1994 sosiologi diajarkan kepada siswa kelas 2 dan 3
- Materi pelajaran pada Kurikulum 1994 lebih simple dari pada Kurikulum 1984, karena pada Kurikulum 1994 keseluruhan materi Sosiologi dipisah pemberiannya kepada siswa. Yaitu diberikan kepada siswa kelas 2 dan 3.
- Jam pelajaran Sosiologi pada Kurikulum 1994 lebih banya
D.Masalah yang Menyebabkan Pembaharuan Kurikulum
Manausia adalah makhluk
kreatif, ingin mencari dan menemukan hal-hal baru, adakala tidak puas dengan
sesuatu yang telah biasa dilakukan. Dengan sesuatu yang baru diharapkan dapat
melepasklan diri dari kebiasaan rutin yang membosankan dan dapat memberikan
semangat baru dalam melakukan sesuatu kegiatan.
Pendidikan juga menuntut
suatu perubahan, bila tejadi perubahan sosial. Perubahan sosial di suatu negara
akan mengharuskan perubahan dalam pendidikan terutama pembaharuan kurikulum
untuik menyiapkan tenaga yang sesuai dengan perubahan tersebut misalnya
perubahan dari negara agraris menjadi negara industri.
Seperti yang telah
diuraikan pada pengertian pembaharuan kurikulum disebutkan bahwa tujuan dari
pembaharuan kurikulum adalah untuk memecahkan masalah atau untuk mencapai
tujuan tertentu.
Menurut Zahara Ideris
(1982) yang dikutip oleh Subandijah (1993 : 77 ) mengemukakan masalah-masalah
yang menuntut adanya inovasi pendidikan dan kurikulum di Indonesia adalah
sebagai berikut :
a.
Perkembangan ilmu pengetahuan yang menghasilkan teknologi yang mempengaruhi
kehidupan sosial, ekonomi, politil, pendidikan dan kebudayaan.
b.
Laju eksplosi penduduk yang cukup pesat, yang menyebabkan daya tampung ruang
dan fasilitas pendidikan sangat tidak seimbang.
c.
Mutu pendidikan yang dirasakan semakin menurun, yang belum mampu mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
d.
Kurang adanya relevansi antara program pendidikan dengan kebutuhan masyarakat
yang sedang membangun
e.
Belum berkembangnya alat organisasi yang efektif serta belum tumbuhnya suasana
yang subur dalam masyarakat untuk mengadakan perubahan-perubahan yang dituntut
oleh keadaan sekarang dan yang akan datang.
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
jadi dari uraian di atas dapat kita
simpulkan bahwa Dalam pengembangan kurikulum dikenal ada lima istilah, yaitu
pengembangan kurikulum (Curriculum development), perbaikan kurikulum
(Curriculum improvement), perencanaan kurikulum (Curriculum planning),
penerapan kurikulum (curriculum implementation), dan evaluasi kurikulum
(curriculum evaluation).
Latar
belakang pengembangan kurikulum didasarkan pada sepuluh landasan yang sudah
diyakini kebenarannya dan menjadi argumentasi dan kesimpulan. Landasan-landasan
tersebut adalah :
1. Perubahan itu
tak terelakkan dan penting karena melalui perubahan bentuk kehidupan tumbuh dan
berkembang.
2. Kurikulum itu
sebagai produk dari masyarakat
3. Perubahan yang
terjadi secara bersamaan dan ada perubahan setelah ada kurikulum baru.
4. Perubahan
kurikulum terjadi karena ada perubahan dalam masyaakat.
5. Perubahan
kurikulum merupakan kerja sama semua kelompok.
6. Perubahan
kurikulum merupakan proses pengambilan keputusan.
7. Perubahan
kurikulum bersifat berkelanjutan dan tiad akhir.
8. Perubahan
kurikulum merupakan proses yang komperehensif
9. Pengembangan
kurikulum dilaksanakan secara sistematis.
10. Pengembangan
kurikulum beranjak dari kurikulum yang sudah ada/kurikulum yang sudah ada.
B.SARAN
Demikian
makelah ini kami buat semoga dapat bermamfaat bagi kami dan pembaca
khususnya,kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan untuk memperbaiki
makalah kami berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar